Minggu, 05 Juli 2009


Singapura memperkenalkan semacam Gerbang Jaringan Tanpa Kabel (Outdoors Wireless Surf) yang dapat diakses 1 sampai 3 juta pelanggan sekaligus. Jaringan tanpa kabel ini dapat dilakukan di mana saja jika Anda ingin melakukan komunikasi atau transaksi.

Anda tinggal duduk, nyalakan Notebook atau Handsheld. Hanya dalam sepersekian detik Anda telah “berada di mana saja!” Seperti kita ketahui Negeri Jiran itu mempunyai salah satu jaringan telekomunikasi terbaik di Asia saat ini.

Tren jaringan tanpa kabel sebenarnya telah dimulai lebih dari lima tahun lalu seiring dengan kemajuan teknologi internet di seluruh dunia. Akan tetapi, gaungnya baru terdengar dalam dua tahun belakangan, penyebabnya infrastruktur yang ada di masing-masing negara yang belum siap menerima teknologi ini.

Namun, tidak menyurutkan niat dan menjadi hambatan bagi panitia Piala Dunia 2002 yang diadakan di Korea dan Jepang bulan Juni-Juli lalu. Hal ini terbukti dari suksesnya penyelenggaraan ajang sepak bola akbar 4 tahunan tersebut didukung teknologi jaringan tanpa kabel (wireless LAN) yang dilakukan Avaya, parther resmi panitia penyelanggara Piala Dunia 2002.

Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya melakukan instalasi jaringan pada dua negara sekaligus (Korea Selatan dan Jepang) dengan infrastruktur jaringan yang berbeda. Sebagai ilustrasi, dapat kita lihat beberapa hal yang menjadi latar belakang dari pembangunan wireless LAN di Piala Dunia 2002;

Lalu lintas data untuk waktu 2 minggu saja telah mendekati angka 4 terabyte. Sambungan telepon berbasis internet telephony sebanyak 100.000 sambungan setiap hari. Waktu transmisi data dari International Media Center (IMC) di Korea Selatan dengan Jepang kl. 70 detik. Sementara waktu transmisi data antar stadion di Korea Selatan, kl. 64 detik, sedang dari IMC Korsel ke salahsatu stadion di Jepang 82 detik.

Dari spek data di atas, paket informasi yang melintasi yang dihasilkan seluruh jaringan mencapai kesempurnaan 100% dengan kehilangan data (packet loss) ‘hanya’ 0,00001%. Teknologi ini dibantu ratusan switch, router dan piranti canggih lainnya dan dimonitor dari jarak jauh (remote) oleh Avaya yang berpusat di enam kota di Asia, yakni Tokyo, Seoul, Singapura, Denver, Colorado, dan Florida.

Untuk sekuritinya Avaya’s Expert System berhasil mengatasi gangguan pada jaringan. Hasilnya kita rasakan, bagaimana nikmatnya menyaksikan pertandingan Piala Dunia di televisi, di sisi yang lain hasil pertandingan dapat dilihat secara real time di media cetak sekaligus dapat dikomunikasikan secara audio visual, begitu juga untuk media-media online.

Terlepas berbagai permasalahannya, teknologi wirelles LAN ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan jaringan tradisional di antaranya mobilitas yang sangat tinggi, sedemikian mudah karena tidak tergantung pada kabel dan dapat diset secara berpindah-pindah.

Kecepatan dan kemudahan instalasi karena hanya menggunakan frekuensi radio. Fleksibel karena tidak perlu membangun infrastruktur yang permanen serta mempunyai skalbilitas yang sangat baik, karena dapat dikonfigurasi dengan berbagai macam topologi jaringan, sesuai dengan keperluan aplikasi dan kebutuhan khusus lainnya, sehingga memberikan kenyamanan bagi administrator dan user.

Sistem jaringan tanpa kabel ini atau disebut juga jaringan berbasis nirkabel yang secara sederhana hanya memerlukan piranti transmitter receiver atau dikenal dengan access point. Piranti ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan alat penerima sinyal radio dari PC, Notebook, Handsheld dengan perangkat infrastruktur jaringan yang menggunakan kabel.

Satu titik access point dapat digunakan beberapa pengguna dengan jarak antara 33 meter hingga 20 Km, maksimal melayani 15-50 client. Namun, keadaan di lapangan dan situasi di lingkungan infrastruktur jaringan nirkabel dapat mempengaruhi jumlah client.

Pada pola yang paling sederhana, jaringan wirelles LAN dapat berfungsi sebagai jaringan peer to peer, namun pada level yang lebih tinggi jaringan nirkabel ini menjadi lebih rumit. Sebagai contoh untuk jaringan yang lebih besar, maka satu server yang dihubungkan dengan access point dapat melayani beberapa client, dan jika skala client lebih besar lagi maka harus dipasang beberapa access point sesuai dengan besarnya kebutuhan client jaringan.

Pemasangan access point harus dilakukan cermat guna memastikan keberadaan frekuensi di area sekaligus menghindari terputusnya client dengan induk jaringan. Jika perlu satu access point dapat diperluas daya pancarnya dengan menambah extention point (EP) yang dihubungkan dengan frekuensi radio.

Secara sederhana teknologi wireless LAN ini mirip teknologi telepon selular, yakni Base Transceiver Station (BPS) berfungsi seperti access point. Jadi ada kalanya kemampuan perpindahan suatu client ke tempat yang lain terganggu, namun jika mampu dengan kondisi telah terhubung dengan jaringan (roaming), jaringan wireless tersebut dipastikan dalam kondisi sangat baik.

Dapat disimpulkan wirelles LAN memberikan peningkatan produktivitas, kualitas servis, penghematan waktu dan biaya, jika dibandingkan dengan sistem jaringan tradisional yang masih menggunakan kabel. Keuntungan lainnya menjadi solusi untuk tempat-tempat yang sulit dijangkau jaringan kabel biasa atau kalaupun bisa dengan kabel harus menggunakan VSAT, sewa telepon dan tambahan perangkat lainnya. Satu hal: fleksibilitas, kecepatan implementasi dan kenyamanan user menjadi nilai tambah bagi teknologi wireless LAN ini.

Salahsatu kendala lain teknologi ini adalah penggunaan frekuensi radio yang penataan infrastrukturnya belum memadai. Di Indonesia regulasi pengaturan frekuensi masih dalam proses di mana beberapa kalangan belum bisa menerima aturan mainnya. Salah satu argumennya adalah frekuensi 2,4 GHz di negara lain digunakan untuk masyarakat (wireless public) sementara di Indonesia wilayah frekuensi ini -milik orang-orang bisnis.

Di Amerika Serikat pengaturan frekuensi ini sangat jelas karena ada badan khusus pemerintah yang menanganinya, yakni Federal Communications Commission (FCC). Sebagian besar wireless LAN dipancarkan melalui satu band yang umum digunakan oleh lembaga IMS (Instrumentation, Scientific, and Medical) dengan frekuensi seperti 902-928 MHz, 2,4-2,48 MHz, 5,15-5,35 GHz, dan 5,725-5,875 GHz.

Selain itu infrastruktur jaringan yang ada di Indonesia sudah agak tertinggal teknologinya dibandingkan dengan Singapura misalnya. Seharusnya wireless LAN dapat digunakan sebagai terobosan yang bisa digunakan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang ekonomi dan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar